Penerima PKH Tambah 300 Ribu Rumah Tangga

[ Minggu, 23 Mei 2010 ]
Penerima PKH Tambah 300 Ribu Rumah Tangga
JAKARTA - Program Keluarga Harapan (PKH) tetap menjadi garda depan program pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Karena itu, tingkat capaian keberhasilan PKH di daerah akan diimbangi dengan ekspansi target penerima.

Pemerintah bakal menambah jumlah penerima bantuan PKH sekitar 300 ribu rumah tangga sangat miskin pada 2011. ''Diharapkan, penerima program itu akan lebih merata dan tepat sasaran,'' ujar Sekjen Kementerian Sosial (Kemensos) Chazali Husni Situmorang dalam keterangan tertulis kemarin (22/5).

Dia menyatakan, saat ini penerima bantuan PKH mencapai 816 ribu keluarga. Anggaran bagi masyarakat penerima manfaat itu mencapai Rp 1,3 triliun. Dengan penambahan peserta PKH, penerima bantuan akan mencapai 1,216 juta rumah tangga, sedangkan alokasi anggarannya meningkat menjadi Rp 1,6 triliun. ''Data penerima manfaat saat ini masih kami matangkan,'' katanya.

Chazali berharap PKH mampu memberdayakan rumah tangga sangat miskin di Indonesia. Setiap keluarga sangat miskin diberi bantuan Rp 600 ribu hingga Rp 2 juta per tahun yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi masing-masing. (zul/c5/dwi)

Read More......

18.689 RTSM Terima Bantuan PKH

18.689 RTSM Terima Bantuan PKH
Wednesday, 21 April 2010 21:28 Harian Bhirawa Jawa Timur

altKab Mojokerto, Bhirawa
Sebanyak 18.689 Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) se Kabupaten Mojokerto menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Penyaluran bantuan dilakukan secara bergiliran dalam empat tahap.
Penyerahan tahap pertama dilakukan Wakil Bupati Mojokerto, H Wahyudi Iswanto awal pekan lalu untuk 6 Kecamatan yakni Jatirejo, Gondang, Pacet, Mojosari, Bangsal, dan Mojoanyar.
Pada tahap kedua dilakukan Bupati MOjokerto H Suwandi yang dipusatkan di Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko, Rabu (21/4) kemarin. Sebanyak 1.195 RTSM se Kecamatan Sooko menerima PKH. Sementara untuk RTSM di Kecamatan Trowulan diberikan 1.859.
"Mudah-mudahan bantuan PKH ini dapat digunakan sesuai dengan fungsinya yaitu untuk kesehatan dan pendidikan, baik itu balita, anak SD, SMP, dan ibu hamil," ungkap Bupati.


Bupati menambahkan, dana yang diberikan merupakan usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan bagi rumah tangga sangat miskin sehingga kesejahteraannya dapat meningkat. "Kita akan memutus mata rantai kemiskinan yang selama ini ada di masyarakat," pesan Bupati.
Dalam setahun, RTSM akan diberikan dana sesuai dengan jumlah keluarga yang ada, yang memenuhi unsur balita, anak SD, SMP, dan ibu hamil. Untuk SD dalam setahun akan mendapatkan Rp. 400.000,-, SMP Rp. 800.000,-, Ibu Hamil Rp. 800.000,- dan Balita Rp. 800.000,-.
"Dengan begitu, setiap RTSM akan menerima jumlah nominal berbeda sesuai dengan jumlah yang bersangkutan yaitu siswa SD dan SMP dihitung per-anak, sedangkan balita dalam satu keluarga dihitung satu balita, Ditambah lagi setiap RTSM mendapat tambahan Rp. 200.000," tambah Yudha Hadi, kepala Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto mendampingi Bupati. [kar]

Read More......

Wabub Iswanto Serahkan Bantuan PKH di Kecamatan Pungging dan Ngoro

[ Minggu, 25 April 2010 ]
Wabub Iswanto Serahkan Bantuan PKH di Kecamatan Pungging dan Ngoro

MOJOKERTO - Sebanyak 1.091 orang Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di Kecamatan Pungging dan 1.303 RTSM orang di Kecamatan Ngoro kini bisa tersenyum. Sabtu (24/4) kemarin, mereka menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH). Penyaluran bantuan rencananya dilaksanakan dalam empat tahap. Penyerahan tahap pertama di dua kecamatan ini dilakukan Wakil Bupati Mojokerto, H Wahyudi Iswanto didampingi Kepala Dinas Sosial Yudha Hadi serta Camat Pungging Istijab Waluyo dan Camat Ngoro Teguh Gunarko. Ini diawali penyerahan simbolis kepada perwakilan penerima PKH di Pendapa Kecamatan Pungging dan Ngoro.

Pencairan PKH di Kabupaten Mojokerto dilaksanakan dalam empat tahap dengan jumlah keseluruhan RTSM 17.413 orang dengan dana Rp 5 Miliar untuk kecamatan pungging 1.091 RTSM dengan dana sebesar Rp 300.250.000. Ini tersebar di 19 desa diwilayah Kecamatan Pungging sedangkan di Kecamatan Ngoro dengan jumlah RTSM 1303 orang dengan dana Rp 300.250.000 juga tersebar di 19 desa. Pembagian PKH ini diperuntukan untuk ibu hamil, anak balita dan anak Sekolah SD dan SMP. Pembagiannya bervariasi sesuai kebutuhan RTSM. Antara Rp 150.000 sampai dengan Rp 550.000.

Wakil Bupati Mojokerto Wahyudi Iswanto berharap pencairan dana PKH ini dapat diperuntukan sesuai kebutuhan yang ditentukan pemerintah. Namun, tidak boleh dipakai kebutuhan diluar kebutuhan pokok. ''Mudah-mudahan bantuan PKH ini dapat digunakan sesuai fungsinya. Yaitu untuk kesehatan dan pendidikan, baik itu balita, anak SD, SMP, dan ibu hamil,'' kata Iswanto.

Selain PKH, Pemerintah Kabupaten Mojokerto berupaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Diantaranya melalui program plesterisasi, bedah rumah, jamkesda, pembangunan infrastruktur, Gakinsus, IMTAQ. (adv)

Read More......

Mengintip Cara Kerja Pendamping PKH di Kabupaten Mojokerto

[ Rabu, 05 Mei 2010 ]
Mengintip Cara Kerja Pendamping PKH di Kabupaten Mojokerto
Siaga 24 Jam, Biasakan Komunikasi dari Hati ke Hati

Sejak tahun 2007 hingga sekarang, keberadaan rumah tangga sangat miskin (RTSM) di Kabupaten Mojokerto mendapatkan kucuran Program Keluarga Harapan (PKH). Dibalik pelaksanaannya, banyak cerita yang bisa diungkap dari kerja para pendampingnya.

ABI MUKHLISIN, Mojokerto

---

JUMLAH pendamping PKH di Kabupaten Mojokerto saat ini sebanyak 75 orang. Dari jumlah itu, sepuluh orang diantaranya adalah operator. Mereka yang di lapangan, disebar ke seluruh kecamatan dan bertanggungjawab terhadap RTSM sasaran PKH di 304 desa. Tak heran, seluruh pendamping dituntut kerja ekstra. Setiap hari, mereka harus berkeliling ke desa-desa yang menjadi tanggung jawabnya.

Siang itu, sejumlah pendamping terlihat berkumpul di kantornya yang berada di area Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Mojokerto. Selain sekadar saling menyapa, mereka juga melakukan koordinasi. Termasuk melaporkan kinerjanya dalam melakukan pendampingan terhadap RTSM sasaran program dari pusat tersebut.

M. Trubus misalnya. Pria berusia 43 dan sudah dikaruniai tiga anak itu sudah dua tahun ini mendapat tanggung jawab pendampingan di Kecamatan Gondang. Di kecamatan itu, dia harus mendampingi ratusan RTSM di enam desa. Antara lain, Desa Ngembat, Begagan Limo, Dilem, Kalikatir, Wonoploso dan Karang Kuten. ''Saya memang asalnya Kalikatir. Sehingga, saya mendampingi di sana,'' ungkapnya.

Sudah biasa bagi Trubus untuk naik-turun gunung. Maklum, enam desa yang menjadi tanggungjawabnya tersebut berada di pegunungan. Menjadi pendamping yang memang digaji, dia dituntut menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan tugas yang dijalankan itu, memang tak sekadar karena digaji. Namun, dibutuhkan jiwa sosial.

''Kami harus siaga 24 jam. Setiap saat ada yang membutuhkan, kami siap. Kadang ya malam hari harus mengantar sasaran PKH yang harus dibawa ke rumah sakit,'' katanya.

Dalam menjalankan tugasnya, dia mengandalkan sepeda motor. Dia harus naik dan turun gunung. Selama itu, perjalanannya tak selalu mulus. Halangan kerap dijumpai. Salah satunya adalah ban bocor. Dengan kondisi kanan dan kiri hutan, Trubus terpaksa menuntun sepedanya. ''Ya, bagaimana lagi. Itu sudah menjadi tanggung jawab saya,'' katanya.

Untuk kegiatan rutinnya, pertemuan kelompok sebulan sekali. Tak jarang pula, harus mengumpulkan ketua kelompok. Dia juga harus menjalin komunikasi ke sekolah-sekolah. ''PKH itu kan termasuk anak sekolah. Sehingga, harus mendatangi sekolah,'' ungkapnya.

Terhadap anak sekolah, dia pernah disibukkan merayu seorang anak SMP. Anak yang merupakan RTSM itu tidak mau sekolah. Saat Trubus berusaha merayu dan mengajak agar anak tersebut mau sekolah. ''Dia anak kelas I SMP. Saat berusaha merayu, dia lari ke hutan. Ya harus telaten. Sekarang, anak itu sudah mau sekolah,'' katanya.

Memang, menghadapi sasaran PKH, pendamping dituntut mempunyai cara tersendiri. Yang paling ampuh adalah cara-cara pendekatan. ''Bahasa jiwa. Komunikasi dari hati ke hati,'' ujarnya.

Pun dengan Fajar Hariono. Dia mendapat tanggung jawab mendampingi sasaran PKH di Kecamatan Sooko. Dia juga dituntut siaga 24 jam dan telaten. Setiap hari, dia juga berkeliling ke desa-desa yang menjadi tanggungjawabnya. ''Kami ke sekolah, bidan dan Posyandu. Kami harus tahu yang absen. Dan, kalau ke Posyandu, kami harus tahu yang tidak ikut,'' katanya.

Yang tidak absen sekolah dan tidak ikut Posyandu, akan diberikan pemahaman. Sehingga, mereka tidak mengulanginya. ''Mereka terus sekolah. Dan, yang Posyandu menjadi ikut,'' katanya.

Dalam melaksanakan tugasnya, dia sudah biasa menemui halangan. Bahkan, seorang teman sesama pendamping, pernah menerima ancaman. Itu setelah ada masyarakat yang tidak masuk menjadi sasaran PKH.

''Dia diancam dan dilurug ke rumahnya. Ya, yang bersangkutan sebenarnya masih menunggu. Ya, kami harus menjelaskan dan memberikan pemahaman,'' ujarnya. (yr)

Read More......

Komentar Terbaru