Kurangi Jatah 600 RTSM

[Rabu, 26 November 2008]

Kurangi Jatah 600 RTSM

MOJOKERTO - Pencairan bantuan program Kesejahteraan Sosial (PKH) di Kabupaten Mojokerto lunas untuk tahap kedua. Setelah kemarin dilakukan pencairan untuk lima kecamatan sisa. Yakni Kecamatan Puri, Kecamatan Dlanggu, Kecamatan Bangsal, Kecamatan Mojosari dan Kecamatan Pungging.

''Total yang kita cairkan mencapai Rp 4,7 miliar,'' ujar Kepala Kankessos Yudha Hadi. Rinciannya Kecamatan Puri sebesar Rp 770 juta, Kecamatan Dlanggu sebesar Rp 366 juta, Kecamatan Bangsal sebesar Rp 281 juta, Kecamatan Mojosari sebesar Rp 282 juta dan Kecamatan Pungging sebesar Rp 406 juta.

Jumlah penerimanya sendiri mencapai 4.303 RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin). Yakni Puri 770 RTSM, Dlanggu, 982 RTSM, Bangsal 728 RTSM, Mojosari 722 RTSM dan Pungging 1.101 RTSM. Namun tidak seluruh RTSM tersebut menerima dalam jumlah utuh. Lantaran ada diantara mereka yang jatahnya dikurangi setelah kelayakannya sebagai penerima menurun. ''Ada 600 RTSM yang kita dinilai kurang layak lagi menerima PKH,'' terangnya. Salah satunya lantaran anak mereka sudah lulus SMP. Padahal PKH hanya dapat diberikan sepanjang RTSM penerima memiliki anak balita, sekolah SD ataupun SMP.

''Kita selalu up date data. Karena itu sekarang kita sedang menghitung berapa yang harus dikembalikan ke pusat, setelah diketahui ada penerima yang tidak layak lagi'' jelasnya. Sebagian mereka terpaksa harus diputus jatah PKH-nya. Sebagian lainnya harus dikurangi lantaran masih memiliki faktor kelayakan lain.

Misalnya, meski anaknya sudah lulus SMP, tetapi masih punya anak sekolah SD atau balita. ''Untuk ini hanya kita kurangi,'' terangnya. Meski jumlah dan besarannya hingga kini masih dalam penghitungan. ''Yang jelas semua sisa pasti akan kita kembalikan,'' tegasnya. Terkecuali ada kebijakan dari pusat yang memungkinkan pengalihan jatah tersebut pada penerima lainnya. Ataupun penerima baru yang memenuhi persyaratan.

''Sebelumnya pendataan PKH dilakukan secara aktif oleh petugas. Masyarakat hanya pasif karena menjadi obyek penilaian. Tetapi sekarang, masyarakat banyak yang tahu tentang program PKH dan ramai-ramai daftar sebagai penerima,'' jelasnya. Tentu saja hal itu tidak serta merta dapat dikabulkan lantaran masih butuh penilaian terkait kelayakan mereka. ''Yang jelas, jika memang anggarannya bisa dialihkan, kita siap, dan kita punya data nama dan alamat RTSM yang bisa dijadikan penerima,'' jelasnya. Apalagi sampai kini PKH baru menyisir 15 kecamatan. Sementara masih ada tiga kecamatan yang belum tersentuh sama sekali.

PKH sendiri merupakan bagian dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM). Berupa pemberian bantuan untuk penunjang biaya pendidikan dan kesehatan RTSM. Jumlah yang diterima tiap RTSM berkisar antara Rp 800 ribu hingga Rp 2,2 per tahun. Pencairannya dilakukan sebanyak tiga kali. ''Pencairan terakhir sebelum tanggal 15 Desember nanti,'' tegasnya. (jif/yr)

Read More......

Ratusan Wesel PKH Ganda di Puri

Ratusan Wesel PKH Ganda

Suasana Pencairan PKH Puri

MOJOKERTO ­- Proses pencairan program keluarga harapan (PKH) tahap pertama tahun 2009 di Kabupaten Mojokerto diwarnai dengan temuan ratusan wesel ganda di dua desa di Kecamatan Puri. Wesel yang kiranya digunakan sebagai bukti pembayaran PKH tersebut ditemukan di Desa Kenanten sebanyak 59 dan Desa Tambak Agung sebanyak 50 buah. Diduga wesel yang dilengkapi nomor barcode (seri) Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) tersebut akibat kesalahan cetak oleh PT Pos Cabang Mojokerto.

Untuk menghindari penyalahgunaan wesel ganda, petugas pendamping PKH Kecamatan Puri mengamankan 108 wesel tersebut agar tidak dicairkan. ''Kami menemukan wesel ganda itu H-3 sebelum pencairan di kecamatan Puri saat melakukan pengecekan," ujar Khoirul Muhtadin pendamping PKH Kecamatan Puri.

Menurutnya kesalahan dobel cetak itu sejauh ini baru ditemukan kali pertama di Kabupaten Mojokerto. Pasalnya, selama beberapa kali pencairan belum pernah terjadi hal yang sama. ''Kami tidak tahu kenapa sampai ada dobel wesel begitu banyak. Tapi memang untuk tahun ini pencetak wesel diserahkan pada PT Pos di masing-masing daerah," jelasnya.

Dari ratusan wesel yang diamankan, Khoirul menyatakan, tidak ada perbedaan sedikit pun dengan bentul wesel yang akan dibagikan pada RTSM saat pencairan di Kantor Kecamatan Puri.

Semisal penerima dengan nama Astutik, warga Desa Kenanten RW 01 Kecamatan Puri, dengan jumlah bantuan yang diterima Rp 467.000, terdapat dua nama. Termasuk, nomor barcode, nomor res dan nomor RS. Serta untuk ratusan penerima yang lain dengan jumlah bantuan antara Rp 200 ribu hingga Rp 733 ribu per RTSM. ''Mengenai nomor barcode semuanya sama tidak ada perbedaan apa pun," urainya.

Meski begitu sebelum temuan tersebut disampaikan pada PT Pos Cabang Mojokerto, Pendamping rencananya baru akan mengembalikan setelah berlangsung pencairan bagi 905 penerima PKH di Kecamatan Puri.

Dengan menggunakan wesel pembayaran PKH sesuai jatah semestinya. ''Secara lisan kita sudah laporkan. Tapi baru akan kita kembali setelah semua RTSM mengambil bantuan. Dan itu harus disertai berita acara pengembalian wesel ganda," paparnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Mojokerto, Yudha Hadi mengungkapkan, adanya temuan wesel ganda tersebut diduga dalam melakukan pencetakan PT Pos Cabang Mojokerto kurang teliti.

Diantaranya mengecek nomor barcode dan penerima wesel yang dicetak. Sehingga jika tidak segera diamankan maka potensi penggunaan wesel kembali dimungkinkan terulang. ''Kami tidak ingin terjadi seperti itu, karena sudah jelas akan menciptakan masalah baru," katanya.

Karena itu agar tidak terulang kembali, dia berharap dalam pencairan tahap ke 2 nanti PT Pos Cabang Mojokerto lebih teliti dalam hal cetak dan pendataan. Atau jika perlu segera merubah pola pendistribusian wesel PKH dari melalui perangkat desa menggunakan metode pengiriman via pos pada masing-masing RTSM.

''Dan yang paling penting sebelum mengeluarkan wesel koordinasikan dulu dengan para pendamping PKH di masing-masing kecamatan. karena kalau terjadi kekeliruan seperti wesel ganda dan nomor barcode sama bisa diteliti," paparnya.

Sementara itu, terkait temuan tersebut sejauh ini Kepala PT Pos Cabang Mojokerto belum memberikan keterangan apapun. Sebab saat ketika dikonfirmasi ponselnya tidak aktif.

Sekadar diketahui pencairan PKH sendiri pada Minggu (26/4) kemarin dilakukan untuk 7 kecamatan secara bersamaan. Selain Kecamatan Puri, Dlanggu sebanyak 1.608, Sooko 1.008, Trowulan 1.585, Gedeg 986, Dawarblandong 1.536, dan Jatirejo sebanyak 1.471 RTSM. (ris/yr)

Read More......

Diklat Pendamping PKH 2008

Karena sudah terlalu lama album slide show Diklat PKH 2008 bertengger di kolom sebelah, sekarang waktunya untuk berpindah ke kolom posting saja. Diklat PKH 2008 ini diadakan di Balai Pelatihan dan Manajemen Kesejahteraan Sosial Malang, 31 Agustus - 6 September 2008.

Read More......

Pencairan BLT Kec. Pungging 2009

Mbak Dina Berkoordinasi dengan Satpol PP

Penerima BLT Sudah Antre Pagi2

RRHakim Memberitahu Jadwal Desa kepada Penerima BLT

Pak Mashuri (POS) Berinteraksi dengan Penerima BLT


Penerima BLT yang Datang Terlalu Pagi Terpaksa Menunggu

Loket Mulai Dibuka

Jadwal Pencairan BLT tahap Pertama tahun 2009 di kabupaten Mojokerto adalah terakhir hari ini, 29 April 2009. Pencairan pada hari ini dilaksanakan untuk kecamatan Pungging dan Ngoro. Penulis kebetulan adalah Pendamping PKH Kec. Pungging, jadi turut membantu kelancaran pencairan BLT kecamatan Pungging

Pukul 07.00, petugas POS sudah datang di pendopo kecamatan Pungging. Tidak seperti pencairan BLT tahun 2008, pengaturan pencairan terlihat jauh lebih tertata. Ada tiga loket yang akan melayani 3742 penerima bantuan secara simultan sehingga akan mempercepat proses pencairan.

Uang tunai datang dengan dikawal Polisi sekitar pukul 07.30. Sedikit persiapan sana sini, pukul 08.00 tepat penerima bantuan langsung tunai dapat mulai mencairkan wesel yang telah mereka terima.
Wesel? ya, Kartu BLT yang dulu terlihat mewah dan untuk lebih dari satu kali pengambilan untuk tahun ini berubah menjadi wesel. Berupa kertas putih dengan data2 penerima tercantum di atasnya. Wesel ini pun tak ubahnya seperti wesel biasa yang hanya berlaku untuk satu kali pencairan bantuan saja. Lebih aman menurut saya, karena akan mengurangi hilangnya kartu (jika ada lebih dari satu bagian yang disobek sebagai tanda terima)

Kami, Pendamping PKH, berinisiatif membantu kelancaran Pencairan BLT di kecamatan Pungging ini. Kami membantu para penerima BLT untuk mengantre di loket yang sesuai dengan desa asal mereka. Sebagian besar penerima tidak tahu adanya sistem penjadwalan berdasarkan desa ini. Jadi mereka yang dari desa Ngrame misalnya, walaupun datang pagi2, tetap akan dilayani siang sesudah desa2 yang tercantum dalam jadwal.

Berikut ada adalah pembagian loket untuk 19 desa di Kecamatan Pungging.
Loket 1 : Tunggalpager, Lebaksono, Sekargadung, Tempuran, Watukenongo, Ngrame
Loket 2 : Jabontegal, Balongmasin, Purworejo, Kedungmungal, Curahmojo, Jatilangkung, Mojorejo
Loket 3 : Pungging, Kembangringgit, Banjartanggul, Kalipuro, Bangun, Randuharjo

Pembayaran dijadwalkan sampai pukul 13.00, namun pada pukul 12.00 pendopo kecamatan sudah terlihat sepi karena memang pencairan kali ini relatif lebih cepat daripada pencairan sebelumnya.

Read More......

Bertahap, BLT-PKH Cair


Surabaya Post, Selasa, 21 April 2009 | 10:57 WIB
MOJOKERTO – Sedikitnya 10 ribu warga miskin (gakin) tersebar empat kecamatan di Kab.Mojokerto, Selasa (21/4) pagi tadi, menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT). Bersamaan itu juga dicairkan bantuan dana program Keluarga Harapan (PKH).

Untuk proram BLT dicairkan untuk gakin di Kec. Jetis, dan Kec. Dawarblandog. Sedangkan bantuan program PKH diperuntukkan warga Kec. Pungging, dan Kec. Ngoro.

Kepala Kantor Dinas Kesejahteraan dan Sosial (Kessos) Pemkab Mojokerto, Yudha Hadi didampingi Kahumas Pemkab Mojokerto, Hj Alfiah Ernawati S.sos MM, mengatakan, pada tahun ini pencairan dana BLT dan PKH dilakukan secara bergilir. “Hari ini pencairan BLT dilakukan di Kec. Jetis dan Kec. Dawarblandog. Jumlah penerima BLT di Kec. Jetis, sebanyak 4.100 Gakin atau rumah tangga miskin (RTM), dan di Kec. Dawarblandong, sebanyak 4.621 RTM,” katanya, Selasa (21/4) pagi tadi.

Sedangkan untuk program PKH dicair kepada 1.028 RTM di Kec. Pungging, dan di Kec. Ngoro, sebanyak 1.220 RTM. Dalam pencairan dana bantuan ini tidak ada pemotongan. ”Jika ada pemotogan, laporkan ke Pemkab,” tegas Yudha.

Sementara itu, Sulastri (34) warga Pucuk Dawarblandong mengaku berangkat dari rumah sejak pukul 05.30 agar bisa antre terdepan menerima bantuan BLT. “Eh, tak tahunya di sini sudah banyak yang antre. Padahal petugas mulai membuka loket pencairan mulai pukul 07.00,” ujarnya. “Alhamdulillah, saya dapat urutan ke 40. Kalau siang jelas antreannya semakin panjang,” tambah Sulastri.

Sedangkan, Ruslan (45) warga Sawo Kec. Jetis Kab. Mojokerto, merasa lega dengan cairnya dana BLT. Karena cairnya dana BLT sebesar Rp 300 ribu bisa untuk meringankan beban kebutuhan keluarganya. bas

Read More......

Blog PKH Mojokerto No 1, DINSOS No 3


klik untuk memperbesar

Hari ini hasil pencarian Google dengan kata kunci "PKH Mojokerto" menampilkan blog nonresmi PKH Mojokerto di urutan teratas. Biasanya masih nomor 6 atau 7. Bahkan pernah melorot sampai halaman 4 pencarian. Kadang kalah juga sama blog pendahulu pkhmojokerto yang sekarang entah siapa yang mengadministrasi. Kalau hari ini bahkan situ Dinas Sosial Mojokerto duduk di posisi 3. Mungkin lagi banyak yang liat2 kali ya. Kalo pas lagi sepi ya melorot lagi.

Read More......

PENDEKATAN PEKERJAAN SOSIAL DALAM MENANGANI KEMISKINAN DI TANAH AIR

Salah satu permasalahan kesejahteraan sosial di Indonesia yang senantiasa menuntut keterlibatan pekerjaan sosial dalam penanganannya adalah masalah kemiskinan. Pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kemanusiaan yang fokus utamanya untuk membantu orang agar dapat membantu dirinya sendiri. Dalam proses pertolongannya, pekerjaan sosial berpijak pada nilai, pengetahuan dan keterampilan profesional yang mengedepankan prinsip keberfungsian sosial (social functioning) (Siporin, 1975; Zastrow, 1982; 1989; Morales, 1989; Suharto, 1997). Konsep keberfungsian sosial pada intinya menunjuk pada “kapabilitas” (capabilities) individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-peran sosial di lingkungannya. Konsepsi ini mengedepankan nilai bahwa klien adalah subyek pembangunan; bahwa klien memiliki kapabilitas dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan, bahwa klien memiliki dan/atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan memobilisasi aset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya.
Sebagamana halnya profesi kedokteran berkaitan dengan konsepsi “kesehatan”, psikolog dengan konsepsi “perilaku adekuat”, guru dengan konsepsi “pendidikan”, dan pengacara dengan konsepsi “keadilan”, keberfungsian sosial merupakan konsepsi yang penting bagi pekerjaan sosial karena merupakan pembeda antara profesi pekerjaaan sosial dengan profesi lainnya. Morales dan Sheafor (1989:18) menyatakan:

Social functioning is a helpful concept because it takes into consideration both the environment characteristics of the person and the forces from the environment. It suggests that a person brings to the situation a set of behaviors, needs, and beliefs that are the result of his or her unique experiences from birth. Yet it also recognizes that whatever is brought to the situation must be related to the world as that person confronts it. It is in the transactions between the person and the parts of that person’s world that the quality of life can be enhanced or damaged. Herein lies the uniqueness of social work.


Secara konseptual pekerjaan sosial memandang bahwa kemiskinan merupakan persoalan-persoalan multidimensional, yang bermatra ekonomi-sosial dan individual-struktural. Berdasarkan perspektif ini, ada tiga kategori kemiskinan yang menjadi pusat perhatian pekerjaan sosial, yaitu:

1. Kelompok yang paling miskin (destitute) atau yang sering didefinisikan sebagai fakir miskin. Kelompok ini secara absolut memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan (umumnya tidak memiliki sumber pendapatan sama sekali) serta tidak memiliki akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
2. Kelompok miskin (poor). Kelompok ini memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan namun secara relatif memiliki akses terhadap pelayanan sosial dasar (misalnya, masih memiliki sumber-sumber finansial, memiliki pendidikan dasar atau tidak buta huruf).
3. Kelompok rentan (vulnerable group). Kelompok ini dapat dikategorikan bebas dari kemesikinan, karena memiliki kehidupan yang relatif lebih baik ketimbang kelompok destitute maupun miskin. Namun sebenarnya kelompok yang sering disebut “near poor” (agak miskin) ini masih rentan terhadap berbagai perubahan sosial di sekitarnya. Mereka seringkali berpindah dari status “rentan” menjadi “miskin” dan bahkan “destitute” bila terjadi krisis ekonomi dan tidak mendapat pertolongan sosial.

Secara tegas, memang sulit mengkategorikan bahwa sasaran garapan pekerjaan sosial adalah salah satu kelompok dari ketiga kelompok di atas. Pekerjaan sosial melihat bahwa kelompok sasaran dalam menangani kemiskinan harus mencakup tiga kelompok miskin secara simultan. Dalam kaitan ini, maka seringkali orang mengklasifikasikan kemiskinan berdasarkan “status” atau “profil” yang melekat padanya yang kemudian disebut Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Gelandangan, pengemis, anak jalanan, suku terasing, jompo terlantar, penyandang cacat (tubuh, mental, sosial) dll adalah beberapa contoh PMKS yang sering diidentikan dengan sasaran pekerjaan sosial di Indonesia. Belum ada hasil penelitian yang komprehensif apakah mereka ini tergolong pada kelompok destitute, poor atau vulnerable. Namun dapat diasumsikan bahwa proporsi jumlah PMKS diantara ketiga kategori tersebut membentuk piramida kemiskinan.
Pada pendekatan pertama, pekerja sosial melihat penyebab kemiskinan dan sumber-sumber penyelesaian kemiskinan dalam kaitannya dengan lingkungan dimana si miskin tinggal, baik dalam konteks keluarga, kelompok pertemanan (peer group), maupun masyarakat. Penanganan kemiskinan yang bersifat kelembagaan (institutional) biasanya didasari oleh pertimbangan ini. Beberapa bentuk PROKESOS yang telah dan sedang dikembangkan oleh Depsos dapat disederhanakan menjadi:
1. Pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh panti-panti sosial.
2. Program jaminan, perlindungan dan asuransi kesejahteraan sosial.
Pendekatan kedua, yang melihat si miskin dalam konteks situasinya, strategi pekerjaan sosial berpijak pada prinsip-prinsip individualisation dan self-determinism yang melihat si miskin secara individual yang memiliki masalah dan kemampuan unik. Program anti kemiskinan dalam kacamata ini disesuaikan dengan kejadian-kejadian dan/atau masalah-masalah yang dihadapinya. PROKESOS penanganan kemiskinan dapat dikategorikan kedalam beberapa strategi:
1. Strategi kedaruratan. Misalnya, bantuan uang, barang dan tenaga bagi korban bencana alam.
2. Strategi kesementaraan atau residual. Misalnya, bantuan stimulan untuk usaha-usaha ekonomis produktif.
3. Strategi pemberdayaan. Misalnya, program pelatihan dan pembinaan keluarga muda mandiri, pembinaan partisipasi sosial masyarakat, pembinaan anak dan remaja.
4. Strategi “penanganan bagian yang hilang”. Strategi yang oleh Caroline Moser disebut sebagai “the missing piece strategy” ini meliputi program-program yang dianggap dapat memutuskan rantai kemiskinan melalui penanganan salah satu aspek kunci kemiskinan yang kalau “disentuh” akan membawa dampak pada aspek-aspek lainnya. Misalnya, pemberian kredit, program KUBE atau Kelompok Usaha Bersama.

STRATEGI MEMUTUS RANTAI KEMISKINAN : KONSEPSI PEKERJAAN SOSIAL (PENDAMPING) PKH (Program Keluarga harapan)

Sesuai dengan konsepsi mengenai keberfungsian sosial, strategi penanganan kemiskinan pekerjaan sosial terfokus pada peningkatan kemampuan orang miskin dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan sesuai dengan statusnya. Karena tugas-tugas kehidupan dan status merupakan konsepsi yang dinamis dan multi-wajah, maka intervensi pekerjaan sosial senantiasa melihat sasaran perubahan (orang miskin) tidak terpisah dari lingkungan dan situasi yang dihadapinya. Prinsip ini dikenal dengan pendekatan “person-in-environment dan person-in-situation”.
Tujuan dari Program Kelurga Harapan adalah merubah Pola Perilaku terhadap sasaran RTSM agar menjadi lebih baik untuk generasi yang datang. Dengan pembekalan bimbingan dan pelatihan Pekerja Sosial/pendamping senantiasa mampu membina dan mendorong agar RTSM dapat berjuang begitu pentingnya kesadaran masyarakat terhadap Pendidikan dan Kesehatan.
Keberhasilan/Ujung Tombak Program Keluarga Harapan ada dalam peranan pendamping dan Pemerintah Daerah. Dalam menjalankan tugas tanpa pamrih mau berkorban demi masyarakat dan atas dasar Ikhlas, siap menghadapi situasi dan kondisi lingkungan serta pendekatan lebih intensif, akan memberikan Motivasi terhadap RTSM sehingga dalam jangka panjang akan membawa dampak menjadi generasi yang lebih maju dari orang tuanya
Pentinganya Peranan Pemerintah Daerah menjadi Ukuran Keberhasilan Program Keluarga Harapan. Sejauh mana peranan pemerintah daerah selalu menjadi persoalan di lapangan. Sulitnya berkoordinasi dan respon dari intansi terkait begitu lambat dan mengabaikan. Sikap dan perilaku pejabat yang acuh tapi mau rakyatnya sejahtera tidak sejalan dengan pernyataan pejabat pembuat komitmen/Bupati.
Berbagai alasan tentunya didasar pada otonomi daerah, sehingga banyak kebijakan-kebijakan yang sifatnya paling penting didahulukan sehingga PKH ini kurang disambut meriah oleh Pemerintah Daerah tertentu. Persoalanya bagaimanapun gencarnya sosialisasi oleh Pendamping, tetap tidak berpengaruh pada kebijakan pemerintah setempat.

Penutup
Dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan masalah yang kompleks yang memerlukan penanganan lintas sektoral, lintas profesional dan lintas lembaga. Departemen Sosial merupakan salah satu lembaga pemerintah yang telah lama aktif dalam program pengentasan kemiskinan. Dalam strateginya Depsos berpijak pada teori dan pendekatan pekerjaan sosial.
Strategi penanganan kemiskinan dalam persepektif pekerjaan sosial terfokus pada peningkatan keberfungsian sosial si miskin (dalam arti individu dan kelompok) dalam kaitannya dengan konteks lingkungan dan situasi sosial.


Diposkan sebagai komentar halaman blog pkhmojokertokab.blogspot.com/2009/02/home oleh JUHADI OP. SUBANG disadur dari artikel oleh Edi Suharto Ph.D dengan perubahan seperlunya yang tidak mengubah makna.

Read More......

5 Menteri Temui 2.700 Pendamping Orang Miskin

Senin, 23/03/2009 15:32 WIB

5 Menteri Temui 2.700 Pendamping Orang Miskin
Andi Saputra - detiksport

Jakarta - 5 Menteri Kabinet Indonesia Bersatu bertemu dengan 2.700 perwakilan Pekerja Sosial Pendamping dan Operator Program Keluarga Harapan (PKH) dari 80 kabupaten di 15 provinsi.

Mereka adalah Menteri Kordinator Kesra Aburizal Bakrie, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo dan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta.

Pertemuan digelar di Hall D, PRJ Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (23/03/2009).

Ketua Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan, Akifah Elansary, mengatakan Program Keluarga Harapan diharapkan dapat menutup kemungkinan terjadinya overlapping antar lembaga. Karena melibatkan beberapa departemen yaitu Kementerian Kesejahteraan Sosial, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, (Bappenas) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

"Diharapkan PKH yang diluncurkan pemerintah pada 2007 lalu ini dapat menjadi instrumen pemberantasan kemiskinan baru yang terintegrasi dan terpadu," kata Akifah.

Dijelaskan dia, PKH merupakan skema penanganan kemiskinan jangka panjang sebagai kelanjutan dari Bantuan Langsung Tunai (BLT). Namun berbeda dengan BLT, PKH menerapkan Bantuan Tunai Bersyarat (BTB) atau conditional cash transfer kepada rumah tangga yang memenuhi kualifikasi tertentu.

"Untuk tahap awal PKH telah diberikan kepada 500.000 rumah tangga yang sangat miskin (RTSM) di tujuh provinsi," ujarnya.

Ketujuh provinsi itu adalah Gorontalo, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur .

Pada tahun 2008, penerima PKH meningkat menjadi 700 ribu RTSM dari tambahan enam provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Selatan.

"Anggaran yang dikeluarkan untuk PKH pada tahun 2008 berasal dari APBN dengan jumlah dana Rp 1,1 triliun," kata dia.

Lebih lanjut, Akifah menjelaskan kualifikasi yang menjadi target PKH adalah rumah tangga miskin kronis, rentan terhadap goncangan, transitory poverty.

"PKH juga diharapkan dapat meningkatkan human capital Pendidikan, kesehatan, nutrisi dengan tujuan mengurangi kemiskinan, meningkatkan kualitas manusia, pengurangan angka kematian bayi dan peningkatan kesehatan ibu hamil serta mengurangi pekerja anak," papar dia.

( asp / aan )

Read More......

Program PKH Diyakini Bisa Sejahterakan Rakyat

Program PKH Diyakini Bisa Sejahterakan Rakyat
Selasa, 24 Maret 2009, 21:11:47 WIB
Laporan: M Hendry Ginting

Jakarta, RMonline. Program Keluarga Harapan (PKH), yang diluncurkan pemerintah pada 2007 lalu, diharapkan menjadi sarana pemberantasan kemiskinan baru yang terintegrasi dan terpadu.

Selain itu, diharapkan dengan program tersebut peningkatan pendidikan dan kesehatan dan gizi masyarakat miskin akan dapat terpenuhi.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Mensos Bachtiar Chamsyah, dalam Rakor Pekerja Sosial Pendamping PKH, Senin (23/3), di Hall D PRJ, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Lebih lanjut Mensos menjelaskan dalam prakteknya PKH adalah kelanjutan dari Bantuan Langsung Tunai (BLT). Hanya perbedaannya PKH menerapkan Bantuan Tunai Bersyarat (BTB) kepada rumah tangga yang memenuhi kualitas tertentu.

Program ini sendiri, pada tahap awal dilaksanakan di tujuh propinsi melibatkan 500 ribu Rumah Tangga yang Sangat Miskin (RTSM). Tujuh propinsi tersebut adalah Gorontalo, Sumbar, DKI, Jabar, Jatim, Sulut dan NTT.

Di tahun berikutnya ditambah enam propinsi lagi yaitu NAD, Sumut, Yogyakarta, Banten, NTB dan Kalsel.

Dia menjelaskan sampai saat ini program PKH sudah dilaksanakan di 72 kabupaten di 13 propinsi dengan penerima 700 ribu RTSM. Anggaran dari APBN sebesar Rp 1 triliun akan meningkat hingga Rp 1,5 triliun pada tahun 2009.

PKH pun diharapkan dapat meningkatkan pendidikan, kesehatan dan nutrisi masyarakat. Lembaga negara yang terlibat dalam PKH ini adalah Kementrian Kesejahteraan Sosial, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Bappenas, dan Badan Pusat Statistik.

"Untuk menyukseskan program ini diperlukan kerja keras, program yang bagus, pelaksana yang baik dan anggaran yang memadai. Tanpa itu semua, program apapun tidak akan menuai hasil yang memuaskan," ujar Mensos dalam acara konferensi pers yang juga dihadiri oleh Menkokesra Aburizal Bakrie, serta para pejabat terkait lainnya.

Sementara itu, di tengah terpaan krisis ekonomi global yang melanda dunia, dimana salah satu dampaknya adalah meningkatnya angka pengangguran, kehadiran PKH ini juga diharapkan akan menjadi salah satu jawaban.

Pasalnya, program tersebut tidak hanya mengatasi kemiskinan saja melainkan membuka puluhan lapangan pekerjaan baru bagi angkatan kerja produktif. [dry]

Read More......

Komentar Terbaru